Keep on learning

Hidup selalu mendesak kita untuk mempertahankan dan terus berusaha mencari, serta tak pernah letih mengajarkan kita untuk melepas. Setiap kisah memberikan celah dimana kita bisa tumbuh diantara keduanya. Kebahagiaan, dan kesedihan.

Warm on light

Hari akan berganti nama, dan kemudian akan berulang, tapi tak akan ada lagi hari yang sama. Kita hanya bisa melihatnya, dalam hati kita.

Meet a new Day

Meskipun suatu saat aku tak punya tempat tinggal, tubuhku dan pikiran ku tak boleh diam dan tertinggal dimasa lalu, aku harus terus berjalan..

Move On

Tak perlu menoleh kebelakang, jika tujuan kita hanya mencari kenangan. Menolehlah kebelakang untuk belajar tak mengulangi kesalahan yang sama.

Love This Day

Ketika kita bertemu hari yang baru, bukankah kita harus menciptakan kebahagiaan yang lainnya?

Selasa, 28 Februari 2012

This is Me!

This is me..

AKU, adalah Febbry di bawah naungan peri baik. Anak pertama dari pasangan bernama L. Bowman Busro dan Subiyati Didjoyo. Cewek 21 tahun yang menghabiskan subuhnya untuk sholat dan mengaji. Mempunyai berat badan 45 kg, dan tinggi badan 160cm. Memilih mencuci baju sendiri daripada mengantar cucian nya ke laundry. Memutuskan untuk mengurangi belanja dan ke salon untuk menghindari dompet kosong di akhir bulan. Menghindari lapar mata terhadap novel dan komik-komik baru dengan cara melangkahkan kaki hanya ke persewaan buku. Menghabiskan malam untuk ngerjain tugas ditemani susu hangat dan berhemat. Memilih menangis sebentar saja, dan bicara baik-baik jika ada masalah dateng. Berusaha menahan marah dan emosi yang sering meluap-luap. Seperti tak punya dendam, mudah melupakan masalah kemaren dan memaafkan kesalahan seseorang. Jarang marah dan selalu terbuka. Belakangan ini berusaha menjadi pribadi yang pantas untuk dicintai. Sekarang, esok, atau selamanya. Punya hobi memasak resep makanan yang baru, nonton film humor, fantasy, dan jalan-jalan yang nggak ngabisin duit banyak. Aku adalah febbry, dibawah naungan peri baik. Selau mencoba menghindari hal-hal yang mengecewakan orang lain. Meskipun demikian, tak banyak yang tahu kalau aku membangun tembok yang tinggi, melindungi diriku sendiri dari ketakutanku akan kesepian dan kehilangan.

            AKU febbry, di bawah naungan peri jahat. Anak pertama yang lahir di bulan februari dari pasangan bernama L. Bowman Busro (50) dan Subiyati Didjoyo (45). Mempunyai berat badan 45 kg, dan tinggi badan 160cm. Cewek 21 tahun yang menghabiskan subuhnya untuk sholat kemudian tidur lagi sampai sinar matahari bener-bener menyapu seluruh isi kamar kosan. Ketika bosan, tak akan segan untuk berbelanja seminggu tiga kali, atau menghabiskan ber jam-jam di salon. Sering banget ke toko buku demi melihat buku-buku baru, lalu tanpa ragu ke toko aksesoris dan beli barang-barang yang nggak penting biar nggak malu kalo Cuma liat-liat doank. Melewati semalam penuh dengan nonton beberapa film yang bagus, meskipun bukan untuk yang pertama. Akan menangis jika keadaan yang ada di dunia nyata tak sesuai harapannya. Bisa menangis berhari-hari sampe kantung matanya bener-bener punya kantung mata lagi. Jika masih kuat untuk marah, aku akan marah besar dengan siapapun yang membuatku tak bahagia. Dan sekalinya marah, satu rumah mungkin akan rugi ratusan juta. Sering banget uring-uringan dan marah atau cemburu nggak jelas. Menurutku, aku sudah pantas untuk dicintai, dan berhak mendapatkan kebahagiaan seperti yang lain. Hobi meledakkan separuh bagian dapur gara-gara bersikeras bisa masak padahal kemampuan measakku biasa aja. Aku adalah febbry, dibawah naungan peri jahat. Selau mencoba membuat orang lain tidak melakukan hal-hal yang mengecewakanku. Meskipun jelas seorang anak bandel, aku bukanlah anak pembangkang.


Aku adalah peri baik dan peri jahat; tergantung dari waktu dan tempat dimana kamu ditakdirkan mengenalku. Peri baik dan peri jahat adalah aku, bukan dua yang menjadi satu, tapi satu utuh adanya, tergantung dari sisi mana kau kuperkenankan mengenalku.

Just for U


Untuk kamu…

            Suatu masalah, suatu kehilangan yang teramat, mungkin akan sangat melukaimu. Namun ingat, luka itu tak akan membunuhmu. Hanya goresan kecil mungkin saja, yang kamu biarkan sendiri bertambah besar. Yang sengaja kau pertahankan untuk membunuh masa depanmu. Kamu sendirilah yang membunuhmu dengan tetap memelihara luka itu, ketika sebenernya, kamu punya kesempatan melepaskannya dari pundakmu.
            Semua orang, kamu, mungkin dia, mereka, juga aku, pernah merasakan hal yang sama. Pernah disana, dan pernah mengeluhkan hal yang setidaknya hampir persis. Kamu akan mengerti, bahwa sebenarnya sakit itu hanya sementara tinggal, untuk membuktikan seberapa kuatnya kamu. Untuk membuktikan kamu tak pernah lemah. Hanya sedikit goyah dan lelah berjalan.
            Jika sakit itu masih ada, jika luka itu masih menggenangi sudut terdalam hatimu, jika badai itu masih betah mengisi hari harimu, yakinlah suatu saat pahit itu akan pergi. Asal kamu mau merelakannya pergi. Suatu hari nanti, kamu pasti mampu berjalan lagi, berlari lagi, dan tersenyum untukmu sendiri. Mungkin akan dibantu oleh seseorang yang mengajakmu berdiri, dan berjalan lagi sampai ke sebuah titik yang membuatmu lepas dari belenggu itu.
            Dia, Yang bersusah payah meyakinkanmu bahwa tidaklah banyak kebahagiaanmu di masa lalu. Tak banyak yang bisa kau dapati dari sakit dan retak retak hatimu itu. Yang perlu kamu lakukan adalah mengobatinya. Mungkin dia akan menggandeng tanganmu atau memapahmu keluar kalo perlu, asal kamu mau mencoba berjalan. Pelan. Selangkah demi selangkah. Semua akan terasa lebih ringan.
            Kamu mungkin sempat terperosok jatuh ke lubang yang curam. Tapi dia akan selalu membantumu berdiri. Kamu pun mungkin akan terhisap lagi oleh magnet masa lalumu itu. Tapi sosok itu akan tersenyum dan berusaha menarikmu keluar menjauhi lubang itu. “Kalo kamu tak suka aku menjauhkanmu dari masa lalu, kamu boleh kembali menatap masa lalumu, silakan..” ketika dia mengatakan hal itu. Ketahuilah dia berharap kamu tak akan memilih jalan itu. Karena itu berarti semua usahanya demi membantumu menyembuhkan luka itu akan sia-sia. Dia mempercayaimu lebih dari percaya terhadap dirinya sendiri. Dia percaya kamu bisa mengatasinya, lalu, kenapa kamu enggan percayai dirimu?
            Pada saat itulah kamu terhenyak, Iya. Ternyata selama ini kamu terlalu meratapi. Membuang waktumu hanya untuk terus mengahayati setiap detik yang harusnya bisa kau perbaiki bersama masa lalu. Meresapi dan percaya seharusnya hal seperti itu tak boleh terjadi. padahal, sudah jelas kepedihan itu, rasa sakit itu, kehilangan itu, semuanya telah mengghinggapi sekujur bagian hidupmu. Hingga kamu lupa, seberapa keindahan pemandangan diluar sana. Pasti tak akan pernah terlihat jelas karena jendela kacamu terlalu berembun. Kamu menatapnya dengan mata yang kau butakan dengan sengaja.
            Jendela itu harus kamu bersihkan. Jika kamu ingin melihat semua kebahagiaan dimasa datang. Meskipun nggak akan mudah menggapainya. Mencapai titik nyaman itu terlalu sulit buatmu. Karena kadang-kadang, lukanya tak bisa hilang. Senyum bahagia yang kamu tunjukkan sebelum rasa sakit itu datang, hingga saat kamu mencoba membuangnya saat ini, akan sangat berbeda.. senyum itu tak akan pernah sama. Bekasnya juga tak mungkin akan cepat hilang. Butuh bertahun-tahun, mungkin. Agar rasa sakitnya benar-benar melenyap. Tak apa. Yang penting tak terasa sakit lagi, kan?
            Kemudian nanti, kamu akan bisa bermimpi lagi. Mungkin, jatuh cinta lagi. Menikmati rasa hangat yang serupa seperti sebelum kamu kehilangan. Punya rasa yang meluap-luap  dan membuatmu susah terlelap? Dan ketika kamu merasakannya, kamu harus mengejarnya. Sekuat kamu bisa. Pantaskan dirimu untuk mimpi dan meraih cinta yang ini, agar kamu tak gagal dan kehilangan lagi suatu saat nanti. Percayalah luka itu kamu putuskan sendiri.
            Jangan sekedar menjadi diri sendiri, dan menunggunya menerimamu apa adanya.  Jadilah yang terbaik dari dirimu sendiri. Sekadar menjadi diri sendiri tak akan cukup , justru akan membuatmu terus mencari alasan bahwa kamu sudah berusaha maksimal, dan bahwa inilah apa adanya kamu.  Tidak! Tidak! Kamu harus yakin bisa melakukan hal yang lebih dari itu dan kamu tahu benar kamu bisa kalo mau berusaha. Kalaupun nanti kamu lelah, istirahatlah sebentar. Dan berjalanlah lagi. Lebih cepat, bahkan kalo perlu berlari. Sekencang kamu bisa. Kejarlah apa yang ada di depan matamu.
Kejarlah apa yang kamu inginkan selagi masih menjadi milikmu. Jangan lagi kesempatan itu hilang dan menciptakan rasa sakit yang lebih luar biasa. Yakinlah, lelahmu tak akan menjadi rugi. Jatuh dan tetatih waktu itu, bukan masalah lagi, kan? kamu kuat. Dan kamu bisa menghadapinya tanpa menoleh lagi ke belakang. Mungkin memang melukaimu, namun sama sekali tak membunuhmu jika kamu mau membunuh sakit itu lebih dulu. Percayalah, sesuatu yang baik yang akan menuntunmu keluar dari resah itu. Percayalah, memelihara masa lalu dan meratapinya setiap waktu bukan jalan keluar yang baik untuk kamu tempuh. Cara itu akan membuatmu merasakan hal yang sama suatu ketika.

Dari aku..

Sabtu, 25 Februari 2012

Hello, 21?

Hello, 21?
Rasanya baru kemarin aku berjalan di tepi dunia kecilku, bersama jiwa kekanakanku. Rasanya baru kemarin kaki kecil ini belajar melangkah, bersiap untuk menapaki hidup, demi hari ini. Sungguh, tak terasa kini aku setua itu. Aku menghabiskan pagiku dengan sholat subuh, dan kemudian melanjutkan tidurku. Aku menjalani hari-hari siangku dengan ngobrol di kampus seusai kuliah. Aku memilih menghabiskan soreku bareng anak kost an, atau makan barengtemen-temen pers, dan bahkan kadang menyurutkan waktu soreku di kampus untuk hal hal nggak terduga. Jalan-jalan dengan melihat-lihat toko baru dan makan di bawah payung warna-warni diluar kafe. Apakah pantas di usiaku kini?

Rasanya benar-benar baru kemarin ayah mengajarkanku naik sepeda berroda empat itu. Selama ini aku terlalu sibuk tumbuh dewasa, tanpa aku sadar Ayah dan Ibuku juga tambah tua.

Inilah aku di dunia kecilku. Dengan teman-teman yang tak kecil lagi. Di sini, kita berkomunikasi dengan bahasa yang tidak kumengerti saat aku kecil. Di sini, teman-temanku tidak menulis puisi di kertas binder lagi. Mereka lebih sering membicarakan isi koran dan gosip infotainment dengan segelas float atau secangkir kopi di dalam gelas styrofoam, lalu berangkat kuliah dengan mimpi untuk mengubah negeri ini. Bukan teman-teman kecilku yang membawa sebotol susu untuk bekal, tanpa mimpi apapun ketika mulai memasuki gerbang SD.

Di dunia kecilku yang sekarang, teman-temanku tidak lagi menggambar rumah pohon, dermaga merah, hujan dan sawah serta isyarat pelangi. Mereka terlalu sibuk dengan tugas kuliah masing-masing, dan memilih untuk memanjakan diri di salon atau spa. Memilih berbelanja di Mall dan menghabiskan sisa uang sakunya di toko terkenal. Bukan lagi bermain boneka atau ular tangga.

Teman-teman kecilku di dunia kecilku yang sekarang, mungkin tidak berkisah tentang peri-peri dan cinderela. Mereka tidak bersyair tentang cinta pertama dan mendendangkan mimpi. Tapi mereka telah mengenal apa itu cinta. Mereka tidak menangis karena tersengat lebah atau jatoh dari sepeda. Tapi mereka menangis karena merindukan seseorang di hatinya. Dan mereka mengerti, mereka tak perlu permen untuk menghentikan tangis mereka. Mereka hanya butuh satu sms penunda galau. Karena hal itu akan lebih sering menyerang mereka.

Bukankah itu yang paling berarti? Aku sama seperti mereka. Sekarang, aku bukan lagi anak-anak dengan dunia ajaib yang suka bermain di tempat becek. Bukan lagi bocah yang menyuruh ibunya membuatkan kuncir di atas rambutnya. Aku tak lagi menangis karena tergores pisau. Aku bahkan lebih sering menangis karena patah hati. Aku mungkin telah menjadi dewasa, di mata anak-anak kecil itu. Benarkah?

Sepucuk surat untuk diri sendiri

Sepucuk surat untuk diri sendiri


Dear bebi,

Sudah 21 tahun kita menjadi monster yang bersembunyi di belakang telingamu, Beb. Sekarang berani kukatakan bahwa tak ada yang mengenalmu lebih baik dari kita. Menurut kami, kau adalah seorang cewek yang lemah. Dalam 21 tahun terakhir, kamu merasa kehidupanmu sangat normal dan wajar. Kamu merasa hidupmu serba instan dan mudah, bukan? Padahal sebenernya tak seperti itu. Tak semudah yang selama ini kamu genggam. Percayalah setelah hari ini, hari yang kau jalani akan lebih menyebalkan.

Aku ingat sekali, sewaktu masih kecil dulu, kamu sering sekali menangis di hadapan orang banyak. Inget nggak waktu kamu nangis gara-gara di cium tetangga cowok sehabis main monopoli sewaktu kamu TK? Trus kamu nangis sejadi-jadinya waktu naik kelas satu saat anak-anak cowok mengintip kamu dan temen-temen cewek-mu mandi di sumur belakang rumahmu? Please dehh Beb, kamu tu nggak ada menarik-menariknya waktu itu, ngapain juga nangis bareng-bareng satu geng? Kamu juga nangis gara-gara laper di kelas, kan? Padahal bentar lagi juga pulang, sabar dikit kenapa sih? Bener-bener malu-maluin banget yaa? HaHa. Dan, dapet surat cinta dari anak kelas enam-pun juga nangis? Yang hanya bisa kamu lakukan adalah ngumpet di sudut perpustakaan.

Terlalu sering kamu menangis Beb, padahal kadang-kadang kita juga mesti ketawa. Airmata itu mahal lho. Mungkin dengan menangis perasaanmu akan lega. Semua yang nggak mampu kamu ungkapin bisa tergantikan dengan tangis tersebut. Tapi liat deh, emang masalah itu bisa kelar dengan kita menangis sedu? Enggak Beb, harusnya mulai sekarang kamu bisa kendaliin. Kapan kamu harus nangis, dan kapan kamu harus tetep tegar di hadapan masalahmu.

Selain menangis, kamu juga sering banget marah-marah nggak jelas. Wajar tuh, kalo ada yang manggil kamu kakak judes. Hahha.. kamu bener-bener keterlaluan kalo lagi marah, bukan aku lho yang mengendalikanmu. Tapi emosimu sendiri. Inget nggak waktu kamu berantem sama Amah, dan kamu ngumpetin sepatunya Amah? Inget nggak kamu pernah bakar foto-foto Amah karena kamu lagi kesel sama dia? Udah gitu kamu pasti nangis nyeselin semua perbuatanmu. Semoga kamu sadar Beb, sekarang kamu udah dewasa. Udah saatnya renovasi hati kamu yang keruh.

Bebi bukan lagi beby kecil yang semuanya kudu di suapin. Bukan lagi sosok yang menuntut kehidupan harus berjalan sesuai inginmu. Karena nggak semua hal yang kamu inginkan, menjadi kenyataan. Bisa saja sampai kapanpun, dia hanya menjadi angan-angan belaka.

Kamu pernah punya anjing blasteran warna merah bata bernama Henky, kan? hampir setiap hari kamu memberinya susu dan menggosok bulunya. Hampir setiap hari pula kamu memastikan anjing itu baik-baik saja. Kamu bahkan menyembunyikan Henky di bawah tong aspal gara-gara Ayah mau menjual binatang itu. Sekarang, kamu sudah lebih dewasa. Kami sangat percaya kamu bisa memilih yang baik dan benar.

Dear Bebi,

21 tahun hidup di bumi, ada banyak sekali yang sudah kau alami. Pahit-manis. Susah-senang. Seharusnya, ada hal-hal yang seolah memaksamu lebih cepat dewasa dari usiamu yang sesungguhnya. Namun sepertinya tidak pada dirimu, kamu justru mirip balita yang terperangkap di tubuh dewasa. Kamu masih terlalu kekanakan untuk berada di usia 21 tahun.

Kaupun telah merasakan sendiri bagaimana yang dinamakan cinta. Ada masa-masa di mana kau akan terjatuh, merangkak, berjalan tertatih. Bahkan kamu mulai mengenal cinta sejak duduk di bangku kelas enam SD. Entah itu cinta atau bukan, tapi kamu menyukai cowok sebelah desa yang umurnya 7 Tahun di atasmu. Norak banget. Sampai akhirnya kamu mendapatkan pacar pertama di usiamu yang ke 14 tahun.

Dear Bebi,

Kau tak perlu menjadi sempurna untuk bisa dicintai, karena sesungguhnya tidak ada manusia yang sempurna. Kamu tak perlu menjadi sosok palsu yang bukan dirimu. Kau hanya perlu menarik nafas dan menjalani hidup, sehari demi sehari. Mencintai apa yang telah kamu punyai, dengan setulus hati. Menjaga apa yang kamu miliki seperti menjaga nyawamu sendiri. Karena ketika kamu telah kehilangan, rasanya akan sangat sakit. Jagalah agar kamu tak pernah merasakan keperihan itu.

Dear Bebi,

Kau seringkali merasa dirimu tidak layak, merasa bersalah, merasa gagal, tidak punya harapan. Kenapa? Kenapa harus merasa begitu? Tidakkah kau sadar, dengan merasa begitu, kau tidak menerima kenyataan bahwa kau adalah seorang manusia. Menjadi manusia berarti kau akan mengalami perih, bukan hanya bahagia. Sakit, bukan hanya gembira. Jatuh terjerembab, bukan melayang-layang di udara. Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri. Percayalah bahwa tak ada sesuatu apapun di dunia ini yang tidak ada harganya. Jika rumput liar di hutan saja dipelihara Semesta, terlebih lagi dirimu.

“Ada hari dalam hidup di mana kita akan merasa sangat rendah dan tidak berdaya.”
Hari itu mungkin sudah pernah kau alami, tapi toh kau masih bisa berdiri di sini saat ini. Dan jika dia kelak datang lagi, ingatlah ini. Pada akhirnya, kau pasti akan baik-baik saja. Ingatlah bahwa kau cukup kuat untuk bisa melewati semuanya.

Dear Bebii,

Jangan menyerah. Dalam hal apapun, jangan pernah menyerah. Selalu ingat bahwa akan selalu ada cahaya di ujung lorong yang sempit dan gelap. Dan perjalananmu sudah terlanjur jauh untuk menyerah sekarang. Bertahanlah.

Ingatlah selalu bahwa tak ada manusia yang hidup tanpa masalah. Dan ketika kau merasa terlalu lemah untuk bangkit berdiri, ingatlah untuk meminjam tangan orang lain.Jangan pernah sedetikpun berpikir bahwa kau sendiri. Masih ingat mimpi kita, kan? Masa depan yang seindah pelangi.




KITA… akan selalu mencintaimu sampai mati. Selamat ulang tahun, bebi..


Stay strong, Beb..
Peri jahat+Peri baik

Ada kah yang salah?

Ada yang salah..

Serpihan semangat dan cinta yang membuatku bertahan tuk selalu ingin bernafas sepertinya hilang begitu saja. Sama seperti saat kau melenyap tanpa kabar seharian ini. Entah seperti apakah sosok seorang yang menuangkan teh ke cangkirku di sore hari saat aku menikmati usiaku yang telah senja suatu saat nanti. Dan siapakah yang akan mengingatkanku tentang kacamataku yang semakin menebal dan pandangan ini menjadi kabur serta lututku yang kian gemetar? Aku selalu berharap itu kamu. Aku selalu ingin persembahkan sisa hidupku hanya untukmu, dan anak cucu kita kelak. Aku selalu ingin mencintaimu sampai aku benar benar letih bernafas dan berucap. Aku tak menginginkan apapun kecuali menjadi apa yang kau inginkan.

Sekarang bukan saatnya aku berburu hati untuk hidupku yang selalu dirundung rindu. Aku bukan seorang yang pemilih dan menentukan apapun, aku juga bukan seorang yang selalu takluk pada pertimbangan logika yang seakan tak pernah ada habisnya. Karena cinta, berasal dari hati, berasal dari apa yang aku rasakan, bukan dari apa yang aku pikirkan, aku hanya tak ingin memberikan hatiku yang resah ini kepada hati yang salah. Itu saja, aku hanya ingin kau lah yang menjaga hatiku selamanya. Menyembuhkan nya hingga terciptalah hati yang sempurna.

Musim penghujan sekarang ini menjadi tak jelas, hari yang panas bisa saja ditutup dengan hujan yang lebat, dan awan yang mendung tiba-tiba akan segera berlalu dengan langit yang biru. Seolah semua semakin tak tertebak, semakin tak bisa kumengerti, namun aku tak pernah beranjak dari sini. Aku selalu ada untuk menemanimu, serta menghangatkanmu jika dingin menyapa dan membisikkan syair yang kau sebut itu cinta. Sungguh, aku mencintaimu dalam setiap detikku. Dalam setiap jeda detak jantungku.

Denting-denting suara hujan yang menyentuh atap rumah ini membuatku semakin merindukanmu. Sangat! Merindukanmu! Aku masih menunggu, tentu saja menunggumu menyapaku lagi. Tersenyum lagi. Tertawa lagi dengan suaramu yang serak dan basah. Dan, Apa yang salah dengan perasaanku? Tak bolehkah ia tercalar? Tak bolehkan aku mengkhawatirkanmu melebihi apapun? Tentu saja boleh! Aku tak mau kehilanganmu seperti apapun keadaan yang memaksaku.

Aku hanya manusia biasa. Terkadang jiwaku bimbang dan rasaku berubah tak biasa. Aku tak ingin melukai, tapi juga tak sanggup terlukai. Sore ini kusempatkan untuk merenung. Mengamati gumpalan-gumpalan awan yang berarak perlahan. Kubuka dua kancing kemeja cokelatku, membiarkan angin menyejukkan raga yang terlalu penuh oleh bayanganmu. Tiap detik. Tiap menit. Aku terlamunkan Kamu, bertanya-tanya dimana kamu sekarang? Sedang apakah kamu saat ini? Semua tanya tiba-tiba menjelma cemas. Aku teringat betapa cepatnya waktu berubah. Begitu cepatnya bergulir dan kamu belum juga memanggilku lembut pagi ini. Kemana sebenarnya kamu?

Tiba-tiba aku merasa kehilangan. Sangat kehilangan. Sebab jika kamu tak menyapaku lagi, aku tak dapat kembali ke waktu itu, waktu dimana kita menghela udara bersama, tersenyum simpul menggoda dan memarahiku, padahal aku sungguh ingin. Kutatap nanar dua binar mataku yang terpantul di cermin, kuselami dalam-dalam untuk mencari jawaban. Masihkan ikatan batin ini sekuat dulu? Masihkah ada kejujuran dari mulut kecil yang tersisa di sana? Masihkah ada kamu yang selalu peduli padaku? Masihkah ada cinta yang bergetar di sudut hati itu? Hatimu yang pernah terluka olehku.

Aku ingin mencintaimu selamanya. Hanya itu yang kunamakan harapan. Hanya itu yang kunamakan setia. Hanya itu yang bisa aku berikan. Lalu akan kunikmati setiap perasaan itu, setiap sesak yang menghangat karena kerinduan, setiap potret waktu yang aku habiskan bersamamu, setiap lengkingan emosi yang pernah turut serta mengikuti langkah indah kita. Sekarang, atau kelak. Entah mengapa aku tak mau tahu, yang aku inginkan hanya hidup bersamamu. Habiskan sore sebanyak mungkin dengan tertawa renyah, dan membuatkan sepiring sarapan pagi untuk semangatmu. Hanya itu.

Apakah salah jika aku mencintaimu? Apakah salah jika aku ingin selalu melindungimu, membahagiakanmu walau itu sangat sulit? Mengutarakan apa yang membuatmu tak dapat terlelap. Menampar dengan setia, mengusik kedamaianmu dengan yang lain. Mengapa ada akhir pada setiap awal? Dan mengapa pula hidup terus berputar? Aku tak ingin beranjak, aku tak ingin berubah. Jika aku bisa memohon, aku akan memohon agar Tuhan menghentikan waktunya disaat kita bersama. Saat kita tertawa dan bahagia. Saat kamu memelukku dengan mesra.

Dan kita akan arungi puluhan ribu hari bersama suatu saat nanti, tak hanya berdua tentu saja, memandang langit diatas bayang. Kelak semua ini akan terbayar, terlunasi dengan pipiku yang kembali bersemu merah. Juga hujan yang kembali menderas, mengukir warna pelangi pada lengkung udara. Mungkin untuk saat ini kita masih terpisahkan oleh jarak yang begitu menyiksa. Tapi aku janji, cinta ini- akan tetap terjaga sampai waktunya tiba.Cepatlah sembuh, sepatlah bangunnn!! Aku rindu tawamu. Aku rindu sikap menyebalkanmu! Jangan biarkan ku terjaga hingga larut seperti ini. Sebab ketakutanku, seperti gulita yang mencekik malam, saat ini dan entah sampai kapan..

Berhembuslah kepadaku, katakan kamu tahu aku tengah menunggumu. Dengan airmata. Dengan segenap cinta yang aku punya. Dengan semua kasih yang kamu percayakan untuk kujaga. Tuhan, jawablah semua tanyaku dengan kuasaMu. Berikan cahaya pada setapak hari-harinya dan hariku yang akan aku lalui bersamanya. Kabarkan padaku. Tunjukkan bahwa cinta yang selama ini kurindukan baik baik saja. Buka-kan matanya, sadarkan dia bahwa aku selalu mencintainya karenaMu. Bukan karena kehendakku, namun karena takdirMu. Berikan pengertian, bahwa aku dan dia bukanlah segaris benang yang tak sengaja ditabrakkan. Katakan, aku dan dia berada di bawah rencanaMu, Tuhan. Katakan.. Bangun dan bukakan matanya untukku.