Persahabatan itu menyenangkan , Apalagi bila terjalin dengan indah. Selalu berbagi meski kadang tersisipi emosi. Layaknya persahabatan, cinta juga tak jauh bedanya. Cinta tak dapat diatur. Tak bisa ditebak, kapan datang dan perginya. Bila sahabat adalah tempat berbagi, bolehkah seorang sahabat berbagi cinta dengan sahabatnya ?
Devan, Linus, dan Tita tenggelam dalam pikiran masing-masing. Mereka asyik melakukan kesibukan sendiri saat istirahat di SMA mereka. Devan membaca komik ditemani IPOD kesayangannya, Linus tengah terlena dengan PSP yang dari tadi digenggamnya, sedangkan Tita tampak tenang membaca sebuah novel terjemahan. Sesekali Tita memandang kedua sahabatnya lalu mendengus sebal.
“Van, Linus! Mo tahu nggak isi novel ini ?” Tita tampak mencairkan kebekuan yang dari tadi menyelimuti mereka. Devan dan Linus saling pandang. Tita tersenyum puas, ada kawat gigi diantara gigi-giginya.
“ Apa sih, ta?” sambut Devan masih tenang.
“ Iya nih, nanggung tau !” Desis Linus masih asyik dengan PSP-nya.
“ Isinya tentang siklus pacaran!” Tegas Tita menarik perhatian kedua sahabatnya itu. Devan dan Linus saling pandang lalu mengangkat kedua bahunya. “ Iya, orang pacaran tuh mulanya suka, lalu saling suka trus jadian, habis itu berantem, saling benci dan akhirnya putus deh !”
Devan dan Linus terdiam dengan pikiran masing-masing.
“ Maksud kamu apa sih, Ta?”
“ Ya, benerkan?? Semua pasangan yang pacaran biasanya gitu kan?” Ungkap Tita nggak mau kalah.”Ujung-ujngnya juga putus?”
“ Ta, sebenarnya kamu ngomong gitu tu Cuma mau manas-manasin kita aja kan, sama pacar-pacar kita? Kamu mau bilang kalau pada akhirnya kita pasti putus! Lagian kamu pasti nggak paham, soalnya diantara kita bertiga Cuma kamu yang belom pacaran!” Sanggah Linus tajam, menyulut emosi Tita.
“ Linus, tega banget sih kamu ngomong gitu ! Kenapa sih kamu selalu ngungkit-ngungkit hal itu, Mungkin bener. Kalo cowok tuh nggak pernah mikirin perasaan cewe! Yang ada dipikiran kalian tuh Cuma gadget, olah raga, penampilan….” Balas Tita
“ STOP!! Kalian apaan sih? Kenapa, ngga siang, pagi, sore berantem mulu!” Devan mulai nggak tau musti ngapain. Linus dan Tita masih diam. “ udah deh! “.
Tita kemudian menggebrak mejanya dan keluar kelas. Rambutnya yang lumayan berombak warna hitan kecoklatan tampak melayang-layang. Linus pun beranjak dari kursinya dan berniat meninggalkan kelas.
“ Linus, mo kemana?” Tanya Devan Cemas.
“ Ke WC, mo ikut ?” jawab enteng linus diikuti gelengan kepala dari Devan.
“Kiraen .. Huft!”
to be continued
0 komentar:
Posting Komentar