Sabtu, 16 Januari 2010

siklus cinta part 4

Gimana ya rasanya kalo ada gempa pas di rumah kita lagi banjir plus hujan deres ditambah mati lampu di malam hari? ngga enak banget, kan? Bingung mo ngapain. Nah, itu juga dirasain Linus dan Devan siang itu. Mereka duduk lesu di sudut kelas saat bel istirahat mulai berdentang. Lalu Tita tampak menghampiri keduanya dnegan muka berseri-seri.

“Ta, Akhirnya lo dateng. Kita mo curhat neh!” Sahut Devan dan Linus bersamaan. Tita juga Cuma menganggukkan kepalanya beberapa kali.” Ternyata ngga enak punya pacar kembar. “

“ Oya?”

“ Walaupun Ryani lebih lembut dari pada Dyani. Ternyata dia mutusin aku gara-gara masih keinget ma cowonya yang dulu. Jadi, gue juga Cuma dijadiin pelampiasan doank!!” Keluh Devan suntuk.

“ Dan kamu tahu nggak? Dyani yang cerewet itu mutusin gue Cuma gara-gara gue ngga bisa bedain yang mana Dyani dan Ryani. Gue jadi sebel ma dia!” Linus ikut-ikutan.

“ Menurut aku sih, Devan,lo emang terlalu baik. Jadi lo tu mudah dibohongi cewek. Kalo kamu Linus, kamu tuh orangnya ngga peka sama ngga care ma Dyani. Pantes aja lo diputusin!” Saran/ komentar Tita.Ia masih berseri-seri. “Nah, kalo kalian baru aja putus. Aku baru aja jadian nih!”

“ Haah? Sama siapa? “ucap Linus dan Devan serentak.

“Satya. Anak kelas XII itu.” Jawab Tita cepat, memandang 2 muka terkejut milik sahabatnya.

“ Tapi Satya kan playboy, ko’ kamu mau sih?” sanggah Devan belum percaya.

“ Dia juga sering ciuman di sembarang tempat.” Tambah Linus yang semakin panas. Tita hanya tersenyum tanpa ekspresi apa-apa.

* * *

Beberapa hari ini, wajah Tita berbinar-binar. Kenapa nggak? soalnya Satya tuh orangnya romantis dan perhatian banget sama Tita. Siang itu, Tita sama Satya mo nonton sepulang sekolah. Tita berhenti diujung koridor saat melihat Satya menunggu dirinya.

“ Lama, ya?” Tegur Tita menyapa. Satya Cuma tersenyum kemudian memberi isyarat “Ayo” pada Tita. Tak lama, Satya merangkul Tita. Tapi cepat-cepat Tita jauhkan tangan satya dari pundaknya. “Apaan sih?”

“ Kamu kenapa say? Kamu kan pacar aku!” ucap Satya pelan. Secara pelan juga kedua tangannya ditaruh dipundak Tita. Tita tampak risih melihat kelakuan Satya.” Say, jangan-jangan kamu juga nggak mau aku cium nih?”

“ Hei, Satya! kamu apa-apaan sih, lepasin nggak?!” Tita mulai meronta melepaskan tangan-tangan Satya walaupun terlihat sia-sia. “Satya!!”

“ Tita, kamu kan cewe Aku. Jadi nggak apa-apa donk kalo misalnya Aku mo peluk kamu atau cium kamu! Emang kenapa sih?”

“ Tapi aku nggak mau! Aku nggak mau lagi jadi cewe kamu!”mata Tita berair.

“ Tita, please deh!”

Duakkk!!!” sebuah tonjokan mampir di wajah Satya lalu ia ambruk. Terlihat Linus dengan seragam basketnya mengepal-kepalkan tangannya. “Heh, jadi cowok nafsu banget sih lo?”

“ Siapa kamu?” Satya mencoba bangun dan meraba-raba wajahnya yang bengkak.Ia siap menerkam Linus bulat – bulat.

“ Aku Linus, sahabat Tita” sahut Linus cepat. Tita masih terlihat takut saat itu.Ia mundur ke belakang.

“ Dan gue pacar Tita. Lo nggak berhak donk ngelarang!” geram satya mengancam.

“ Elo baru pacaran 3 hari ama Tita. Tapi Gue udah sahabatan 3 tahun lebih sama Tita. Jadi kalo lo nyakitin Tita, udah jadi urusan Gue! “ ucap Linus bijak. Sampai dirinya sendiripun ngga tau kenapa tiba-tiba bisa ngomong kaya gitu. “mendingan kamu pergi, deh!”

Satya tampak kesal dan mendorong bahu Linus. Tapi kemudian Satya berlalu meninggalkan Tita dan Linus. Tita yang wajahnya dipenuhi air mata tiba-tiba memeluk Linus erat. Muka dan perut Linus langsung panas. Sedangkan Tita masih saja nangis di pelukan Linus.

“ kalian apaan sih, kok peluk-pelukan?” pekik Devan yang nongol tiba-tiba. “Kenapa sih, kok pake nangis-nangis segala?” Tita langsung melepas pelukan Linus dan mengusap air matanya.

“ Devan, lo jangan mikir yang aneh-aneh, deh! Mana mungkin gue sama Tita. Cewe yang punya kawat gigi dan suka marah-marah nggak jelas.” Tepis Linus membuang muka. “ Ih, nggak mungkin!”

“ Van, kamu jangan becanda deh, masa kamu pikir aku mau sama Linus. Sama cowo yang ngga peka, ngga perhatian, ngga pengertian, yang bener aja!” Tita juga ikut buang muka. Wajahnya masih terlihat sembab. Tapi tertutupi oleh amarahnya yang meleda-ledak.” Pokoknya nggak banget, deh!”

“ Kalian ini habis peluk-pelukan sama nangis-nangis malah berantem. Mau aku nikahin sekalian?”

“Nggak!” Linus dan Tita serentak lalu membuang muka lagi, Devan tersenyum aneh.

Devan yakin,mereka punya perasaan sama. Tapi mereka takut mengungkapkannya dan takut cinta mereka berakhir dengan kata “putus”. Nah, kalo persahabatan kan ngga ada kata “putus”!! Artinya mereka ingin selalu bersama donk! So sweat. Devan terkikik.Lalu Linus meninju bahunya.

“Aww..Sakit Linus!”Ronta Devan.

Tita mengambil tissue dari tasnya dan mengusab kembali wajahnya yang masih berair.Matanya sempat bertemu dengan mata Linus namun keduanya langsung membuang arah.


the end

0 komentar:

Posting Komentar