BAB. I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Etika, berasal dari bahasa Latin, berarti falsafah moral dan merupakan cara hidup yang benar dilihat dari sudut budaya, susila dan agama. Hal ini sangat perlu di kehidupan ekonomi masyarakat serta dalam melakukan sebuah bisnis.
Seperti kita ketahui sekarang-sekarang ini banyak terjadi penyimpangan terhadap usaha menengah kebawah contoh mudahnya yaitu penjual daging di pasar. Banyak sekali terjadi penyimpangan terhadap daging yang di jual seperti ;
~ daging sapi glogongan yaitu sapi sebelum di jual disuntikan air atau semacamnya yang kadang berakibat buruk bagi kesehatan kita.
~daging sapi yang di campur daging babi hutan yang sangat merugikan juga dari segi agama yang mengharamkan memakan daging babi.
Peristiwa terjadi diatas adalah sebagian kecil kejadian di kehidupan kita, hal seperti diatas sering terjadi dan itu sangat menyimpang dari etika bisnis yang sebenarnya dan dari sudut agama dan kesusilaan, dan kita sebagi konsumen patut melaporkan dan membantu membasmi para penipu-penipu tsb serta memilah-milah sebelum membeli barang yang kita inginkan.dan ingat kita sebagai konsumen harus mengikuti norma dan etika yang berlaku dengan ada keseimbangan yang positif dan bijak karna dengan seperti itu kita juga membantu menghilang bentuk pelanggaran norma dan etika paling tidak untuk diri kita klo membangun usaha sesuai dengan etika dan terhindar dari penyimpangan-penyimpagan yg merugikan konsumen serta citra buruk para penjual..
Bentuk akibat penyimpangan etika bisnis internal perusahaan antara lain terjadinya ketegangan diametris hubungan atasan dengan bawahan. Seperti diungkapkan di atas hal ini terjadi karena ketimpangan antara lain dalam proses penilaian kinerja, standar penilaian, dan perbedaan persepsi atasan-bawahan tentang hasil penilaian kinerja. Selain itu ukuran atau standar tentang karir sering tidak jelas.
Dalam hal ini pihak manajemen memberlakukan tindakan yang tidak adil. Mereka menetapkan nilai sikap, gaya hubungan kepada atasan, dan loyalitas kepada atasan yang tinggi lebih besar ketimbang nilai kinerja faktual karyawannya. Kasus lainnya adalah diterapkannya model nepotisme dalam penseleksian karyawan baru. Pertimbangan-pertimbangan rasional diabaikan. Termasuk dalam proses rekrutmen internal. Jelas saja mereka yang potensial tersisihkan. Pada gilirannya akan terjadi kekecewaan karyawan yang unggul dan kemudian keluar dari perusahaan. Dari contoh-contoh di atas maka tampak pihak perusahaan lebih mengutamakan kepentingan meraih keuntungan ketimbangan menciptakan kepentingan karyawan secara adil.
B. Rumusan Masalah
“Faktor-faktor penyebab penyimpangan dalam berbisnis serta bagaimanakah penyelesaian terhadap penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh pelaku‑pelaku ekonomi, yang berkaitan dengan pasar modal dan etika serta komunikasi bisnis, selama ini” ?
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah menjawab permasalahan yang sudah dirumuskan yaitu:
Untuk memberikan pemaparan tentang Faktor-faktor penyebab penyimpangan dalam berbisnis serta Penyelesaian terhadap penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh pelaku‑pelaku ekonomi, yang berkaitan dengan pasar modal dan etika serta komunikasi bisnis, selama ini.
BAB. II
PEMBAHASAN
Etika komunikasi dalam berbisnis mencakup tatanan nilai moral dan standar-standar perilaku yang harus dihadapi oleh para pelaku bisnis sewaktu mereka membuat keputusan dan memecahkan masalah. Akan tetapi, menentukan apa yang etis atau pantas atau tidak bukanlah hal yang selalu mudah dilakukan bagi perusahaan sebagai perilaku bisnnis. Jika bersikap kurang etis dapat merusak reputasi perusahaan, oleh karena itu penting bagi perusahaan untuk menjalankan kode etik secara wajar dan konsisten.
Kode etik adalah pernyataan tertulis mengenai standar perilaku dan prinsip-prinsip etis yang diharapkan perusahaan dari karyawan.
Etika bisnis tidak terbatas hanya mengetengahkan kaidah-kaidah berbisnis yang baik (standar moral) dalam pengertian transaksi jual beli produk saja. Etika juga menyangkut kaidah yang terkait dengan hubungan manajemen dan karyawan. Apa karakteristik yang lebih rinci dari masalah deviasi etika bisnis seperti itu di dalam perusahaan? Yang paling nyata terlihat adalah terjadinya konflik atasan dan bawahan. Hal ini timbul antara lain akibat ketidakadilan dalam penilaian kinerja, manajemen karir, manajemen kompensasi, dan sistem pengawasan dan pengembangan SDM yang diskriminatif.
Semakin diskriminatif perlakuan manajemen terhadap karyawannya semakin jauh perusahaan menerapkan etika bisnis yang sebenarnya. Pada gilirannya akan menggangu proses dan kinerja bisnis perusahaan. Namun dalam prakteknya pembatasan sesuatu keputusan manajemen itu etis atau tidak selalu menjadi konflik baru. Hal ini karena lemahnya pemahaman tentang apa itu yang disebut etika bisnis, masalah etika, dan lingkup serta pendekatan pemecahannya.
Wujud dari masalah etika bisnis dapat dicirikan oleh adanya faktor-faktor:
(1) berkaitan dengan hati nurani, standar moral, atau nilai terdalam dari manusia,
(2) karena masalahnya rumit, maka cenderung akan timbul perbedaan persepsi tentang sesuatu yang buruk atau tidak buruk; membahagiakan atau menjengkelkan,
(3) menghadapi pilihan yang serba salah, contoh kandungan formalin dalam produk makanan; pilihannya kalau mau dapat untung maka biarkan saja tetapi harus siap dengan citra buruk atau menarik produk dari pasar namun bakal merugi, dan
(4) kemajemukan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan; misalnya apakah perusahaan perlu menggunakan teknologi padat modal namun dilakukan PHK atau padat karya tetapi proses produknya akan kurang efisien.
Berdasarkan hal itu setidaknya ada satu pertanyaan mendasar yang menggelitik pemikiran kita dan perlu dicarikan jawabannya, yaitu faktor apa yang membuat mereka melakukan berbagai bentuk pelanggaran dan penyimpangan dalam perdagangan tersebut. Atau apa penyebab para pedagang yang beragama kerap kali melanggar hal-hal yang dilarang oleh agama, seperti mengurangi timbangan, tidak fair dalam menawarkan barang dagangannya, tidak tepat janji, dan masih banyak hal yang menyebabkan citra sebagai pedagang menjadi tidak baik.
Dari hasil pengamatan dan penelitian peneliti, terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya penyimpangan dan pelanggaran dalam perdagangan sebagai berikut:
1. Pedagang karang mengenal psikologi pembeli/konsumen, unit usahanya kecil, bahkan mungkin harus membeli barang dagangannya dengan utang, biaya tinggi.
2. Pedagang kurang mengenal atau kurang menaati tuntunan agamanya, sehingga tidak mampu bersaing dengan unit usaha yang lebih besar.
3. Rendahnya pendidikan dan pengetahuan pedagang dan konsumen.
4. Budaya dan perilaku kasar
Konsumen yang keberadaannya sangat tidak terbatas, dengan strata yang sangat bervariasi menyebabkan para produsen (pedagang) dalam melakukan kegiatan pemasaran dan distribusi produk barang atau jasa dengan cara-cara yang seefektif mungkin agar dapat mencapai konsumen yang sangat majemuk tersebut.
5. Rendahnya tingkat pengawasan dan tidak tegaknya aturan hukum yang salah satunya disebabkan oleh rendahnya tingkat pengawasan dari pihak yang berwenang.
6. Persaingan pasar
Naiknya harga BBM dan belum piliknya krisis ekonomi telah berimbas kepada rendahnya daya beli masyarakat. sehingga meningkatnya persaingan pasar. Para pedagang berebut pelanggan. Kondisi itu menyebabkan pedagang berupaya menjangkau dan mencari pelanggan sebanyak mungkin, sehingga segala upaya pun ditempuh, termasuk cara-cara curang dan amoral sekalipun.
7. Tingginya tuntutan ekonomi.
Stansar Etika dapat dipertahankan melalui:
(1) Ciptakan kepercayaan perusahaan. Kepercayaan perusahaan dalam menetapkan nilai-nilai perusahaan yang mendasari tanggung jawab etika bagi pemilik kepentingan.
(2) Kembangkan kode etik. Kode etik merupakan suatu catatan tentang standar tingkah laku dan prinsip-prinsip etika yang diharapkan perusahaan dari karyawan.
(3) Jalankan kode etik secara adil dan konsisten. Manajer harus mengambil tindakan apabila mereka melanggar etika. Bila karyawan mengetahui bahwa yang melanggar etika tidak dihukum, maka kode etik menjadi tidak berarti apa-apa.
(4) Adakan pelatihan etika. Workshop merupakan alat untuk meningkatkan kesadaran para karyawan
(5) Lindungi hak perorangan. Akhir dari semua keputusan setiap etika sangat bergantung pada individu. Melindungi seseorang dengan kekuatan prinsip morl dan nilainya merupakan jaminan terbaik untuk menghindari untuk menghindari penyimpangan etika. Untuk membuat keputusan etika seseorang harus memiliki:
a) Komitmen etika, yaitu tekad seseorang untuk bertindak secara etis dan melakukan sesuatu yang benar;
b) Kesadaran etika, yaitu kemampuan kompetensi, yaitu kemampuan untuk menggunakan suara pikiran moral dan mengembangkan strategi pemecahan masalah secara praktis..
(6) Lakukan audit etika secara periodik. Audit merupakan cara terbaik untuk mengevaluasi efektivitas sistem etika. Hasil evaluasi tersebut akan memberikan suatu sinyal kepada karyawan bahwa etika bukan sekadar gurauan.
(7) Pertahankan standar tinggi tentang tingkah laku, tidak hanya aturan. Tidak ada seorang pun yang dapat mengatur norma dan etika. Akan tetapi, manajer bisa saja membolehkan orang untuk mengetahui tingkat penampilan yang mereka harapkan. Standar tingkah laku sangat penting untuk menekankan betapa pentingnya etika dalam organisasi. Setiap karyawan harus mengetahui bahwa etika tidak bisa dinegosiasi atau ditawar.
(8) Hindari contoh etika yang tercela setiap saat dan etika diawali dari atasan. Atasan harus memberi contoh dan menaruh kepercayaan kepada bawahannya.
(9) Ciptakan budaya yang menekankan komunikasi dua arah. Komunikasi dua arah sangat penting, yaitu untuk menginformasikan barang dan jasa yang kita hasilkan dan menerima aspirasi untuk perbaikan perusahaan.
(10) Libatkan karyawan dalam mempertahankan standar etika. Para karyawan diberi kesempatan untuk memberikan umpan balik tentang bagaimana standar etika dipertahankan.
Selain etika, yang tidak kalah pentingnya adalah pertanggungjawaban sosial perusahaan. Eika sangat berpengaruh terhadap tingkah laku individual. Tanggung jawab sosial mencoba menjembatani komitmen individu dan kelompok dalam suatu lingkungan sosial, seperti pelanggan, perusahaan lain, karyawan, dan investor. Tanggung jawab sosial menyeimbangkan komitmen-komitmen yang berbeda. Menurut Zimmerer, ada beberapa macam pertanggungjawaban perusahaan, yaitu:
1) Tanggung jawab terhadap lingkungan. Perusahaan harus ramah lingkungan, artinya perusahaan harus memerhatikan, melestarikan, dan menjaga lingkungan, misalnya tidak membuang limbah yang mencemari lingkungan, berusaha mendaur ulang limbah yang merusak lingkungan, dan menjalin komunikasi dengan kelompok masyarakat yang ada di lingkungan sekitarnya.
2) Tanggung jawab terhadap karyawan. Semua aktivitas manajemen sumber daya manusia seperti peneriman karyawan baru, pengupahan, pelatihan, promosi, dan kompensasi merupakan tanggung jawaab perusahaan terhadap karyawan. Tanggung jawab perusahaan terhadap karyawan dapat dilakukan dengan cara:
(a) Mendengarkan dan menghormati pendapat karyawan.
(b) Meminta input kepada karyawan.
(c) Memberikan umpan balik positif maupun negatif.
(d) Selalu menekankan tentang kepercayaan kepada karyawan.
(e) Membiarkan karyawan mengetahui apa yang mereka harapkan.
(f) Memberikan imbalan kepada karyawan yang bekerja dengan baik.
(g) Memberi kepercayaan kepada karyawan.
(3) Tanggung jawab terhadap pelanggan. Tanggung jawab sosial perusahaan terhadap pelanggan menurut Ronald J. Ebert (2000:88) ada dua kategori, yaitu
(1) Menyediakan barang dan jasa yang berkualitas; dan
(2) Memberikan harga produk dan jasa yang adil dan wajar. Tanggung jawab sosial perusahaan juga termasuk melindungi hak-hak pelanggan.
BAB. III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Untuk memperkecil terjadi penyimpangan penerapan etika bisnis maka perusahaan perlu :
(a) mengenali respon orang terhadap suatu masalah ketika dihadapkan pada sesuatu yang dilematis dan ketidak-konsistenan, dan
(b) melihat etika bisnis dari resiko yang dihadapi seseorang apakah dengan keputusan personal ataukah keputusan sebagian besar orang lain ataukah pertimbangan keputusan berbasis kepentingan perusahaan yang lebih besar secara keseluruhan.
0 komentar:
Posting Komentar