Rabu, 31 Oktober 2012
Mereka bersamamu, tapi mungkin bukan milikmu..
“Heh, hidup ini Cuma sekali beb, jadi ngapain mikirin baju? Mikirin nile kuliah? Mikirin pacar? Mikirin jodoh orang lain yang kebetulan pernah jadi mantan kita? Aneh banget si, di bela-belain nggak tidur semalem Cuma buat nangis beb? Mendingan juga tidur sambil mimpi indah kan?” ucap seorang teman setelah menelan makanannya.
Memecah lamunku. Menurutku sedikit nggak adil. Karena setiap manusia diberikan durasi malam yang sama. Tapi kenapa ada yang menghabiskan sepanjang malamnya untuk menangis? Sementara di sudut lain kota ini, ada yang tengah berciuman mesra dengan kekasihnya? Ada yang tengah mengatasi rindu rindu yang bermekaraan hanya dengan mendengar suara saja? Ada yang berhura-hura dengan uangnya? Bukankah setiap manusia mempunyai hak untuk hidup bahagia? Maka itu, kita harus menjadi bagian dari bahagia itu. Bagian dari seseorang. Jadilah harta yang paling indah. Jadilah matahari bagi bumi dan jiwa yang gelap. Jadilah tuxedo bertopeng untuk sailormoon. Jadilah adam bagi hawa. Jadilah cinta yang menyempurnakan cacat hidupku. Jadilah teman hidup yang mampu menyelaraskan langkah dan tujuan. Jadilah pengusir rasa bosan saat jenuh menggeledah. Jadilah pengusir rasa takut saat beberapa hal mengusik. Jadilah penyangga ketika runtuh mulai mencidera. Jadilah selukis senyum saat marah datang. Jadilah sinar saat gelap mulai melanda..
Benarkah cinta yang kita inginkan, harus kita miliki?
Ternyata kita salah. Ternyata ada beberapa benda yang tak mungkin kita simpan selamanya. Ternyata ada beberapa buah yang busuk jika terlalu lama di taruh di kulkas. Ternyata ada beberapa perhiasan hati yang mungkin tak bisa kita miliki selamanya. Karena mungkin saja, dia sebenarnya bukan milik kita,-yang terus kita tahan di genggaman kita. Atau mungkin saja, ada yang tengah kesusahan mencarinya, tanpa kita tahu, dan kita terus-menerus mengikatnya dihati kita. Bisa saja dia ada jodoh orang lain yang tersangkut dihati kita untuk belajar saling memahami. Untuk menuju ke tahap lebih sempurna sebelum dia bertemu kekasih surganya. Dan kita tak tahu, karena kita terlalu sibuk menjaganya. Terlalu rakus menyimpan dan memeluknya erat. Memeluk apa yang mungkin saja bukan milikku. Kita berkata kita menemukannya. Sementara di belahan dunia lain ada yang mencarinya. Kita berkata dia penjaga hati kita sementara mungkin saja ada hati yang hampa menunggumu mendekat. Mendadak kita miris.
Selama ini kita tak pernah belajar untuk memahami segala kemungkinan dari segala sudut pandang. Kita terlalu sibuk mencintainyaa, memuja, bahkan menggilainya meski dalam tidur. Kita tak pernah belajar untuk tidak egois, untuk tidak memaksakan sesuatu yang memang bukan pada tempatnya. “Kalo jodoh, pasti tak lari kemana.” Ungkapan yang aneh menurutku. Jodoh seseorang ada di tangan orang itu sendiri. Dan umur jodoh seseorang, juga seseorang itulah yang menentukan. Tuhan menciptakan pasangan-pasangan, bukan si fitri dengan deni. Tapi siang dengan malam, buruk dengan baik, sedih dengan senang, begitu pula perempuan dan laki-laki. Agar mereka saling melengkapi. Agar dua makhluk tersebut mampu menciptakan kebahagiaan. Mengusahakan kebahagiaan, dan berhak mempertahankan apa yang menjadi miliknya. Mempertahankan apa yang kita anggap milik kita. Salahkah kita?
Tetapi cinta itu tak pernah memilih. Dimana cinta akan hinggap. Berkembang. Surut. Menyakiti satu sama lain. Menghilang. Muncul lagi. Sampai akhirnya lenyap terkikis waktu. Bahkan jika cinta itu tumbuh lagi karena sebab tertentu. Kita paham. Ya, sama artinya cinta juga tak bisa dipaksakan kehendaknya bukan? Cinta itu berpendar. Menyatukan emosi pihak yang bersangkutan. Meleburkan perbedaan opini menjadi suatu keputusan. Mencairkan padat menjadi arus yang lebih harmoni. Mensejajarkan dua hati dalam satu bingkai yang cantik. Cinta itu ternyata indah ya! Jika saja ada yang mau peduli. Ada yang saling menjaga. Ada yang tidak memaksakan kehendak.
Mau tak mau, kini kita belajar. Bahwa kita tak perlu memaksakan apa yang kita inginkan jika memang banyak yang tak berkenan. Bahwa apa yang kita inginkan, belum tentu apa yang akan menjadi milik kita. Nggak boleh serakah, nggak boleh mencengkeram erat sesuatu yang mudah rusak, seperti cinta misalnya.
Di dalam hidup, banyak sekali lembaran-lembaran kosong yang harus kita isi. Dan tidak mungkin hanya sendirian. Lukisan-lukisan itu terbentuk dari ribuan sekon waktu yang kita beri makna. Sekecil apapun kenangan itu, akan selalu tersemat dalam ingatan itu. Tak bisa kita berusaha putus dengan dunia masa lalu, dan masa depan. Mereka berdua saling berkaitan membentuk kenangan satu, dengan kenangan yang lainnya.
Jika kamu mengingatnya serupa bidadari yang cantik dengan wajah bersinar terang. Aku akan cukup senang dikenang dalam sebentuk buku cerita yang bisa dibuka kapan saja. Lembar demi lembar. Kalimat demi kalimat. Kata demi kata. Huruf demi huruf. Percayalah setiap spasi dalam deretan huruf itu sangat bermakna. Ada aku yang hidup di setiap kalimat yang tertulis di dalamnya. Dan percayalah saat rangkaian cerita itu di tuliskan, ada cinta yang begitu dasyatnya yang mengiringi lembar demi lembar cerita itu. Ada tangis dan kesedihan mendalam yang meleleh menyatu dalam buku. Ada kebahagiaan abadi yang hanya bisa kamu sentuh sendiri. Tanpa orang lain tahu. Ada nafasku yang bisa kamu raba, setiap kamu membaca alunan katanya. Ada gelak tawa dan suara kita yang ikut berseru saat senyummu terlukis. Indah kan? Aku hanya ingin kamu mengingatku secara sederhana. Saat waktumu sedikit luang, bisa kamu baca cerita itu. Akan ada aku, disetiap halamannya. Akan ada kamu, karena tak ada orang lain dalam cerita itu. Mungkin hanya beberapa figuran, kan? Seperti katamu?
Seandainya, lembar lembar dalam buku cerita ini telah habis. Apa yang akan kamu lakukan? Akankah kamu akan membeli buku baru untuk melukis cerita lagi bersama? Atau kamu lebih memilih menjadikanku kenangan indah sebentuk buku. Yang bisa kamu raba dan kamu kecup jika kamu mau. Sama ketika kamu harus memilih menutup kisah ini, lalu membeli buku baru dengan kisah yang baru, atau membeli buku baru untuk melanjutkan kisah yang sama.
Senin, 29 Oktober 2012
kami dan kami di masa lalu-
Klasik. Tapi apa yang membuat dewasa itu jadi suatu tujuan, jadi suatu pilihan yang dianggap baik untuk didapatkan? Lalu apa jadinya jika kita tidak memilih untuk dewasa? Hehehe, sebenernya pun aku kurang mengerti dan sampai saat ini, sedang berusaha memahami apa itu dewasa yang sesungguhnyaa..
Yang jelas, tumbuh menjadi dewasa itu menyenangkan. Kita berproses dalam suatu siklus metamorfosa yang nggak terasa. Pernah nggak sih tiba-tiba kita ngerasa lebih genduth? Rambut ketiak mendadak tambah lebat? Jerawat di wajah semakin subur bak benih yang di tanam? Serius deh, kalo kita jarang jerawatan, jerawat satu aja bikin kita lebih berat satu kilo. Ya nggak sih? Atau Cuma aku yang lebay? Hahaha. Dan lipatan-lipatan kerutan di mata bertambah banyak? Menyeramkan bukan? Eheem, sebenernya yang aku sebutin tadi itu bukan dewasa, tapi bertambah tua, beregenerasi, tapi jelas bukan berkembangbiak.
Nahh, foto ini sekitar 15 tahun yang lalu. Saat aku masih TK dan bermuka sangat lebar. Hampir semua wajahku tertutup sama lemak di pipi kanan maupun kiri. tanpa hidung dan hanya memiliki mata kecil jika dibandingkan adikku. OMG! Lalu bandingin sama foto di bawah ini. posisinya masih sama persis lima belas tahun setelah aku TK. Aku dengan adik pertamaku. Dan tenyata tak ada perbedaan kan, aku masih tak punya hidung, dan mata ku masih kecil. Bener banget, tumbuh itu, tidak merubah yang ada. Dan setiap pertumbuhan itu belom tentu membawa kedewasaan. Foto di bawahnya lagi foto adik terakhirku. padahal seingatku dia masih bermain kartu belakangan ini, tapi beberapa waktu lalu, dia bahkan sudah punya pacar. Ternyata, meskipun tumbuh bersama, kita bertiga tetap tumbuh sendiri-sendiri.
Ayah, Ibu.. Kini kami tumbuh sedikit lebih dewasa..
Kami tak berbeda, kami tetaplah tiga makhluk kecil yang kalian rawat dengan kasih sayang. . kami tetaplah kami..
Selasa, 16 Oktober 2012
Are u ready to [jalan-jalan] ?
Belajarlah menghargai waktu. Sadar nggak sih? Semakin kita
beranjak dewasa, semakin sempit pula kesempatan kita buat jalan-jalan? Seolah-olah
kata-kata itu di khususkan buat anak-anak dan remaja yang sukanya having fun doang. Padahal, setiap
manusia sebenernya butuh jalan-jalan, cuci mata, atau apapun itu namanya. Jalan-jalan
adalah obat mujarab Para jenuhfighter.
Para mahasiswa yang sering terjebak galau, terjebak laporan, dan terjebak di
laboratorium sama sejenis bakteri dan perkembangbiakannya.
Pada dasarnya, kalau bicara soal jalan jalan, dan dari mana
anak kuliah punya duit buat jalan-jalan, jawabannya adalah dari pemasukan. Abisnya
dari mana lagi coba? NAH, selama ini sebagai mahasiswa kita nggak punya
pemasukan lain dari luar kecuali dari orang tua. Dan namanya pun bukan
pemasukan, namanya uang hidup. Tapi yang dinamakan pemasukan disini adalah,
keuntungan a.k.a sisa dari pengeluaran. Formulanya tentu saja, pengeluaran <
pemasukan. Hasilnya adalah keuntungan. So, kalo mau jalan-jalan, refreshing,
dan bertualang, usahakan pemasukan lebih besar, dan kita juga harus menekan
pengeluaran kita agar bisa nabung. Karena nggak mungkin kan, sekalinya ketemu
orang tua, bilang “Ma, pa, besok aku mau jalan-jalan ke hongkong abis UTS,
minta uang tiga juta dong!” aku jamin, bakalan di kurung di kamar mandi tiga hari tiga
malem kalo kamu bilang gitu ke orang tua kamu. Kecuali kalo orang tua kamu
punya pohon uang yang panen sehari sekali.
<!--[if gte mso 9]>
Normal
0
1. Pilih kuliah di luar kota!
Pilihlah kota yang jauh dari orang tua tinggal. Minimal di kota yang berbeda dengan tempat tinggal orang tua kita. Ya. Dengan begitu, kita akan lepas dari jangkauan orang tua. Sedih? Galau? Gundah karena jauh sama mama papa? Ambil dong hikmahnya. Contoh konkret hikmahnya, kita jadi lebih mandiri, lebih bebas meskipun harus tetap bertanggung jawab, selain itu kita pasti dapet uang pulsa, karena pasti orang tua pengen dapet kabar terus dari anaknya? Beda kalau kampus kita Cuma beberapa meter doang dari rumah. Not good. Di jamin deh, uang buat beli permen aja seret banget keluarnya.
Tapi inget, jangan sering mengeluh, manja, bikin khawatir, atau hal semacam itu. Cuma sakit diare, masa telpon orang tua sambil ngap-ngap an kayak orang sakarotul maut, jangaaan dong ah. Percayalah kalo kasusnya kayak gitu, orang tua makin nggak percaya kita bisa ngurus diri di perantauan. Dan nggak akan ada uang terbang dari dompet ortu buat jalan-jalan ke batu malang. Ngurus diri aja nggak becus? Masa mau bepergian jauh-jauh?
Pilihlah kota yang jauh dari orang tua tinggal. Minimal di kota yang berbeda dengan tempat tinggal orang tua kita. Ya. Dengan begitu, kita akan lepas dari jangkauan orang tua. Sedih? Galau? Gundah karena jauh sama mama papa? Ambil dong hikmahnya. Contoh konkret hikmahnya, kita jadi lebih mandiri, lebih bebas meskipun harus tetap bertanggung jawab, selain itu kita pasti dapet uang pulsa, karena pasti orang tua pengen dapet kabar terus dari anaknya? Beda kalau kampus kita Cuma beberapa meter doang dari rumah. Not good. Di jamin deh, uang buat beli permen aja seret banget keluarnya.
Tapi inget, jangan sering mengeluh, manja, bikin khawatir, atau hal semacam itu. Cuma sakit diare, masa telpon orang tua sambil ngap-ngap an kayak orang sakarotul maut, jangaaan dong ah. Percayalah kalo kasusnya kayak gitu, orang tua makin nggak percaya kita bisa ngurus diri di perantauan. Dan nggak akan ada uang terbang dari dompet ortu buat jalan-jalan ke batu malang. Ngurus diri aja nggak becus? Masa mau bepergian jauh-jauh?
2. Pilih Universitas di pulau jawa
Kecuali kota-kota besar atau ibukota. Kenapa? Karena biaya hidup di tempat seperti itu akan sangat mahaaal. Contoh nih, biaya kosan di bandung bisa nyampe 800rb per bulan, bandingin sama di purwokerto yang Cuma 200-250 per bulan. Belom lagi biaya makan, biaya listrik, air, biaya loundry, biaya fotocopi diktat praktikum? Aaaaakhh.. Seandainya kita kuliah di kota-kota besar, akan kecil sekali kemungkinan kita bisa nabung, kecuali kalo per bulan dapet lima juta dari orang tua.
Sebisa mungkin kita nyari kosan yang murah tapi nyaman, kalo bisa, ada ibu kosan yang nggak pelit ngasi jajan, ada air galon di ruang tengah yang siap mengucur kapanpun saat kita haus tanpa bayar, dan memilih universitas negeri yang biaya spp nya murah. Jangan lupa nyari beasiswa sebanyak-banyaknyaa. Gampang kok. Prakteknya doang yang susah, hahahaha.
Kecuali kota-kota besar atau ibukota. Kenapa? Karena biaya hidup di tempat seperti itu akan sangat mahaaal. Contoh nih, biaya kosan di bandung bisa nyampe 800rb per bulan, bandingin sama di purwokerto yang Cuma 200-250 per bulan. Belom lagi biaya makan, biaya listrik, air, biaya loundry, biaya fotocopi diktat praktikum? Aaaaakhh.. Seandainya kita kuliah di kota-kota besar, akan kecil sekali kemungkinan kita bisa nabung, kecuali kalo per bulan dapet lima juta dari orang tua.
Sebisa mungkin kita nyari kosan yang murah tapi nyaman, kalo bisa, ada ibu kosan yang nggak pelit ngasi jajan, ada air galon di ruang tengah yang siap mengucur kapanpun saat kita haus tanpa bayar, dan memilih universitas negeri yang biaya spp nya murah. Jangan lupa nyari beasiswa sebanyak-banyaknyaa. Gampang kok. Prakteknya doang yang susah, hahahaha.
3. Nyari kerja sampingan
That u know? Bisa apa aja asalkan halal. Kerja sambilan bukan berarti kerja paruh waktu nyopet barang2 di terminal, atau ngegadein barang-barang temen kosan, kalee. Lakuin aja hal yang biasa dilakukan banyak mahasiswa dan anak muda. Kerja part time di swalayan2, jadi fotografer buku tahunan anak sma, ngajar les bahasa inggris, terima jasa design baju atau jaket angkatan, latihan jualan barang entah via online atau face to face.
Remember, jangan dulu lihat dari duit hasil kerja sampingan kita. Tapi lihat dari pengalaman yang kita dapet, urusan duit taruhlah nomor tiga, yang pertama jadiin pengalaman, karena pengalaman adalah guru nomor satu, kemudian yang kedua memperluas jaringan, karena dengan terjun sebagai pekerja, kita akan punya banyak kenalan, atau relasi, dan komunitas bahkan bisa juga dapet calon suami. Baru deh. Yang terakhir kita dapet duit tambahan buat di tabung.
That u know? Bisa apa aja asalkan halal. Kerja sambilan bukan berarti kerja paruh waktu nyopet barang2 di terminal, atau ngegadein barang-barang temen kosan, kalee. Lakuin aja hal yang biasa dilakukan banyak mahasiswa dan anak muda. Kerja part time di swalayan2, jadi fotografer buku tahunan anak sma, ngajar les bahasa inggris, terima jasa design baju atau jaket angkatan, latihan jualan barang entah via online atau face to face.
Remember, jangan dulu lihat dari duit hasil kerja sampingan kita. Tapi lihat dari pengalaman yang kita dapet, urusan duit taruhlah nomor tiga, yang pertama jadiin pengalaman, karena pengalaman adalah guru nomor satu, kemudian yang kedua memperluas jaringan, karena dengan terjun sebagai pekerja, kita akan punya banyak kenalan, atau relasi, dan komunitas bahkan bisa juga dapet calon suami. Baru deh. Yang terakhir kita dapet duit tambahan buat di tabung.
4. Berani hargai karyamu sendiri.
Nah, kalo kamu punya keahlian yang temen-temenmu nggak punya, seperti bikin web design, benerin atap genteng, nambal pipa bocor, atau apapun itu, jangan ragu buat minta bayaran sama temen kamu sendiri.
Gratis sekali dua kali si nggak masalah, tapi kalo si temen minta gratis terus? Ehm, gebukin aja nyampe bonyok! Enak banget dong hidupnya? Nggak modal banget. Sekecil apapun itu, belajar menjadi profesional itu penting. Di dunia ini, nggak mungkin kan kita minta tolong terus? Kalo temen kamu nggak punya duit, minimal barter dengan hal lain. Namanya juga mahasiswa, uang sekolah masih dibayarin, uang kosan juga di bayarin, nongkrong di angkringan pun kadang masih minta dibayarin temen karib, bener-bener mahasiswa.
Tapi, tapi tapi.. kayanya jangan terlalu berharap lebih ketika kita memutuskan berbisnis dengan mahasiswa. Karena nggak mungkin kita materialistik atau memaksakan tarif di kalangan mahasiswa. Terutama karena yang namanya mahasiswa itu miskin.
Nah, kalo kamu punya keahlian yang temen-temenmu nggak punya, seperti bikin web design, benerin atap genteng, nambal pipa bocor, atau apapun itu, jangan ragu buat minta bayaran sama temen kamu sendiri.
Gratis sekali dua kali si nggak masalah, tapi kalo si temen minta gratis terus? Ehm, gebukin aja nyampe bonyok! Enak banget dong hidupnya? Nggak modal banget. Sekecil apapun itu, belajar menjadi profesional itu penting. Di dunia ini, nggak mungkin kan kita minta tolong terus? Kalo temen kamu nggak punya duit, minimal barter dengan hal lain. Namanya juga mahasiswa, uang sekolah masih dibayarin, uang kosan juga di bayarin, nongkrong di angkringan pun kadang masih minta dibayarin temen karib, bener-bener mahasiswa.
Tapi, tapi tapi.. kayanya jangan terlalu berharap lebih ketika kita memutuskan berbisnis dengan mahasiswa. Karena nggak mungkin kita materialistik atau memaksakan tarif di kalangan mahasiswa. Terutama karena yang namanya mahasiswa itu miskin.
5. Pangkas pengeluaran
Ngopi sambil ngobrol ngalor-ngidul di kafe, Pergi ke salon buat creambath atau manicure ber jam-jam, belanja tas, sepatu, baju, nonton bioskop, dan lain-lain. Semua itu merupakan pengeluaran yang kurang penting jika kita masih berstatus mahasiswa. Tepatnya, pengeluaran yang harus di pangkas dan di tekan kuat-kuat.
Ngopi sambil ngobrol ngalor-ngidul di kafe, Pergi ke salon buat creambath atau manicure ber jam-jam, belanja tas, sepatu, baju, nonton bioskop, dan lain-lain. Semua itu merupakan pengeluaran yang kurang penting jika kita masih berstatus mahasiswa. Tepatnya, pengeluaran yang harus di pangkas dan di tekan kuat-kuat.
Oke, sekali-sekali sih nggak masalah, tapi biasanya hal kayak
gitu jadi kebiasaan, lagipula, kita nggak bakal di sorakin satu kampus gara-gara
nggak belanja tas kan? Lagipula, bioskopnya nggak mungkin bangkrut hanya karena
kita jarang nonton kan? Lagipula, kalo
kita nongkrong di kafe, belum tentu kan kita
bisa ketabrak cowo ganteng terus di ajak jadian kayak di FTV? Nggak segitunya
kan? Nah, kenapa nggak dikurangi aja sih kebiasaan yang seperti itu? Kalo biasanya
ke salon sebulan dua kali seharga 70-100 rb, kita sebulan sekali aja ke salon
nya, lumayan lho, 35-50 rb kali setahun aja udah 400-600 rb lebih. Kalo biasanya
di kafe pesen mocacino latte seharga
6-12 ribu, mulai sekarang cukuplah kita nyeduh kopi sachet seharga seribuan? Toh rasanya hampir sama. Kopi tetaplah
kopi. Kalopun beda juga mungkin karena kebawa suasana kafe. Yang lain? Sama kan?
Ngirit itu tantangan..
6. Nabung yang rajin.
Inget yah, jangan sampai kita ngintip-ngintip uang tabungan kita di celengan gara-gara laper mata. Uang tabungan adalah hak masa depan, bukan hak masa sekarang, jadi sebisa mungkin, kita nggak ngotak-atik tabungan kita. Catat pengeluaran dan pemasukan, dengan demikian kita tau seberapa besar pengeluaran bulan ini, dan jangan sampai bulan depan pengeluaran kita lebih membengkak dari bulan sebelumnya.
DAN, Jangan bawa kartu ATM atau kartu kredit kemana-mana. Apalagi di kantong celana atau dompet. Karena kita akan cenderung ngerasa aman, dan gampang mengambilnya kapan saja saat kita tergoda barang bagus. Sebisa mungkin hindari jalan-jalan ke tempat yang membutuhkan uang banyak. Kalo biasanya karokean seharga 78rb per jam, mendingan Maen aja ke taman kota, atau ke gor kampus, yang Cuma menelan biaya parkir sama jagung bakar. Toh, nyanyi di kamar mandi atau nyanyi di tempat karoke sama aja kan? Suara kita gitu-gitu doang, alias nggak berubah? Lebih ngirit lagi, ngendon di kosan sambil nonton film di laptop. Hahahah
Inget yah, jangan sampai kita ngintip-ngintip uang tabungan kita di celengan gara-gara laper mata. Uang tabungan adalah hak masa depan, bukan hak masa sekarang, jadi sebisa mungkin, kita nggak ngotak-atik tabungan kita. Catat pengeluaran dan pemasukan, dengan demikian kita tau seberapa besar pengeluaran bulan ini, dan jangan sampai bulan depan pengeluaran kita lebih membengkak dari bulan sebelumnya.
DAN, Jangan bawa kartu ATM atau kartu kredit kemana-mana. Apalagi di kantong celana atau dompet. Karena kita akan cenderung ngerasa aman, dan gampang mengambilnya kapan saja saat kita tergoda barang bagus. Sebisa mungkin hindari jalan-jalan ke tempat yang membutuhkan uang banyak. Kalo biasanya karokean seharga 78rb per jam, mendingan Maen aja ke taman kota, atau ke gor kampus, yang Cuma menelan biaya parkir sama jagung bakar. Toh, nyanyi di kamar mandi atau nyanyi di tempat karoke sama aja kan? Suara kita gitu-gitu doang, alias nggak berubah? Lebih ngirit lagi, ngendon di kosan sambil nonton film di laptop. Hahahah
7. Mengatur waktu
Sepertinya semua mahasiswa di dunia ini punya nasib sama. Yakni
jadwal mata kuliah yang padat seminggu penuh. Nyampe mau nafas aja susah, bayangin ya! pagi kuliah, siang nggarap
berita, sore praktikum, malem bikin laporan. Tidur aja nyampe nggak nyenyak lho gara-gara kepikiran
laporan yang numpuk. Ya, yang perlu kita lakukan adalah memanfaatkan waktu
semaksimal mungkin. Nggak melakukan apapun justru akan lebih buruk. Sesibuk apapun
kita, luangkan lah waktu untuk ngobrol sama temen-temen, berorganisasi, dan
waktu untuk jalan-jalan.
8. Rencanakan perjalanan
Percaya nggak? Liburan terbanyak
seumur hidup kita adalah waktu kuliah. Banyangin
kalo kita udah kerja, emang si punya banyak duit, tapi nyari waktu buat cuti pasti
susaaaahh bangett. Bener-bener susah banget. Sekalinya cuti, lantai kamar
mendadak kotor, jemuran mendadak minta di setrika, ruang tamu mendadak
bersarang laba-laba. Nasib deh kita libur kerja tapi malah beres-beres rumah.
Mulai sekarang, rencanakan perjalananmu. Nggak harus ke menara eifel, atau sungai nil di afrika sana. Kita kan masih mahasiswa? Nggak harus nginep di hotel bintang lima, karena uang yang kita kumpulin selama ini bakalan abis buat hotel doang. Indonesia juga patut di kunjungi. Kalo bisa, pastiin punya kenalan yang kira-kira mampu menanggung makan kita selama liburan. Nggak masalah lah misal kita ngikut temen yang lagi mudik ke kampung nya di wonosobo, trus jalan-jalan ke dieng sambil silaturahmi ke orang tua temenmu? [Baca: numpang makan sama tidur disana]. Nggak masalah kan, maen ke tempat mantan induk semang sewaktu KKN, nginep beberapa hari, sambil rencanain nyebrang ke pulau nusa kambangan? Setuju? Jalan-jalan tu nggak harus mahal.
Mulai sekarang, rencanakan perjalananmu. Nggak harus ke menara eifel, atau sungai nil di afrika sana. Kita kan masih mahasiswa? Nggak harus nginep di hotel bintang lima, karena uang yang kita kumpulin selama ini bakalan abis buat hotel doang. Indonesia juga patut di kunjungi. Kalo bisa, pastiin punya kenalan yang kira-kira mampu menanggung makan kita selama liburan. Nggak masalah lah misal kita ngikut temen yang lagi mudik ke kampung nya di wonosobo, trus jalan-jalan ke dieng sambil silaturahmi ke orang tua temenmu? [Baca: numpang makan sama tidur disana]. Nggak masalah kan, maen ke tempat mantan induk semang sewaktu KKN, nginep beberapa hari, sambil rencanain nyebrang ke pulau nusa kambangan? Setuju? Jalan-jalan tu nggak harus mahal.
*terinspirasi dari novel the naked travelers
Minggu, 07 Oktober 2012
A little rain before rainbow
1. Bahagia
itu, BUKAN ketika kamu mendapatkan apa yang kamu inginkan, hanya cukup ikhlas
dan mensyukuri apa yang sudah kamu dapatkan. Menyayangi hal terindah yang kamu
miliki dengan tulus. Maka bahagiamu akan terasa sempurna. Hal yang paling
membuatku bahagia adalah di dengarkan. Setidaknya perasaanku masih
tersampaikan. Meski belum tentu terbalas.
2. Bahagia
itu, ketika kita ketemu artis favorite kita. Sejauh ini, aku lebih suka artis
laki-laki daripada artis cewek. Dan terkadang, aku suka artis yang perannya
kurang disukai banyak orang. Menurutku, jika dia mampu membuat orang lain benci
terhadapnya, maka bukan hal sulit membuat orang lain mencintainya. I LOVE U TOM
FELTON! Hahhaa..
3. Bahagia itu, ketika dapet buku yang kita impikan. Terutama buku karangan diri sendiri. Kadang aku bermimpi, buku-buku hasil ngelemburku tiap malem, dipajang di etalase toko. Kapan yaa? Mungkin kalo sifat sombongku udah agak ilang kali, ya?
4. Bahagia
itu, jika aku punya boneka kura-kura warna ijo yang gedhe banget. Dan lembut di
tangan *berasa rinso. Pasti enak tu buat dipeluk.
5. Bahagia
itu, ketika kita punya pacar yang nggak punya alasan buat melepaskan kita, dan
selalu mencari alasan untuk tetep mempertahankan kita. Meskipun kita hampir
jatuh ke jurang, ke sungai, atau ke manapun, pasti akan
lebih seneng jika dia tetap sekuat tenaga mempertahankan kita agar tidak
terlepas dari tangannya. Ya nggak?
6. Bahagia
itu, ketika kita nggak ngeliat nilai C/D/E di hasil study kita di akhir
semester. Selalu berharap nilai nilai mengenaskan itu dijauhkan dari hidup
kita. Amin!
7. Bahagia itu tanpa syarat. Daftar jadi artis tanpa syarat. Daftar sekolah
tanpa syarat. Daftar jadi penghuni hati kamu tanpa syarat juga akan lebih
menyenangkan. Hehe
8. Bahagia itu, setelah kita makan sepuasnya makanan favorit kita dan
tiba-tiba ada yang nawarin bayar. Rasanya pasti legaaaa banget, karena sebagai
mahasiswa, bayar makan adalah salah satu hal tidak menyenangkan setelah selesai
makan.
9. Bahagia itu sederhana. Dan bahagia itu pilihan. Banyak diantara kita
menangisi kebahagiaan yang kita punya. Padahal seharusnya hal itu kita
syukuri. Bahagia itu, ketika kita punya
temen yang ada saat kita sakit, sesak, senang, dan sedih. Saat kita punya teman
yang menyalahkan jika kita salah. Dan membenarkan jika kita memang benar.
10. Bahagia itu kamu. Dan semuanya terasa lengkap. Kamu, ayah yang kini menua
seiring aku bertambah dewasa. Kamu, Ibu yang selalu teduh saat menatapku. Kamu,
eyang yang selalu membuatku tertawa. Kamu, adik perempuan yang seperti saudara
kembar. Kamu, adik laki-laki yang membuatku kesal hampir setiap kita bertemu.
Bahagia itu kamu. Kamu, yang membuatku merasa istimewa. Ya, Kamu, saja.
11. Bahagia itu, bersih dari sehalus apapun rasa benci. Cobalah. Hapus semua
rasa benci kita terhadap sesuatu. Sekecil apapun benci itu. Hilangkan.
12. Bahagia itu, jika kamu mampu menyempurnakan apa yang tak sempurna. Seberapa
sering kita tersenyum dengan tulus dalam satu hari, seperti itulah bahagia
kita.
13. Bahagia itui ikhlas. Ketika Ikhlas telah kita dapatkan, ternyata melepas da
merelakan sesuatu adalah hal yang sangat indah dan menyenangkan. Ikhlas menjalani
hidup, ikhlas mencintai apa yang selama ini kita punya. Bahagia itu, ikhlas,
itu saja. Bisa aja, Tuhan mempertemukan kamu dengan nya bukan merupakan jawaban
atas doamu selama ini. Tetapi karena Tuhan ingin kamu belajar ikhlas darinya.
Everybody wants happiness, nobody
wants pain..
But, you can’t have a rainbow,
without a little rain..