Sepucuk surat untuk diri sendiri
Dear bebi,
Sudah 21 tahun kita menjadi monster yang bersembunyi di belakang telingamu, Beb. Sekarang berani kukatakan bahwa tak ada yang mengenalmu lebih baik dari kita. Menurut kami, kau adalah seorang cewek yang lemah. Dalam 21 tahun terakhir, kamu merasa kehidupanmu sangat normal dan wajar. Kamu merasa hidupmu serba instan dan mudah, bukan? Padahal sebenernya tak seperti itu. Tak semudah yang selama ini kamu genggam. Percayalah setelah hari ini, hari yang kau jalani akan lebih menyebalkan.
Aku ingat sekali, sewaktu masih kecil dulu, kamu sering sekali menangis di hadapan orang banyak. Inget nggak waktu kamu nangis gara-gara di cium tetangga cowok sehabis main monopoli sewaktu kamu TK? Trus kamu nangis sejadi-jadinya waktu naik kelas satu saat anak-anak cowok mengintip kamu dan temen-temen cewek-mu mandi di sumur belakang rumahmu? Please dehh Beb, kamu tu nggak ada menarik-menariknya waktu itu, ngapain juga nangis bareng-bareng satu geng? Kamu juga nangis gara-gara laper di kelas, kan? Padahal bentar lagi juga pulang, sabar dikit kenapa sih? Bener-bener malu-maluin banget yaa? HaHa. Dan, dapet surat cinta dari anak kelas enam-pun juga nangis? Yang hanya bisa kamu lakukan adalah ngumpet di sudut perpustakaan.
Terlalu sering kamu menangis Beb, padahal kadang-kadang kita juga mesti ketawa. Airmata itu mahal lho. Mungkin dengan menangis perasaanmu akan lega. Semua yang nggak mampu kamu ungkapin bisa tergantikan dengan tangis tersebut. Tapi liat deh, emang masalah itu bisa kelar dengan kita menangis sedu? Enggak Beb, harusnya mulai sekarang kamu bisa kendaliin. Kapan kamu harus nangis, dan kapan kamu harus tetep tegar di hadapan masalahmu.
Selain menangis, kamu juga sering banget marah-marah nggak jelas. Wajar tuh, kalo ada yang manggil kamu kakak judes. Hahha.. kamu bener-bener keterlaluan kalo lagi marah, bukan aku lho yang mengendalikanmu. Tapi emosimu sendiri. Inget nggak waktu kamu berantem sama Amah, dan kamu ngumpetin sepatunya Amah? Inget nggak kamu pernah bakar foto-foto Amah karena kamu lagi kesel sama dia? Udah gitu kamu pasti nangis nyeselin semua perbuatanmu. Semoga kamu sadar Beb, sekarang kamu udah dewasa. Udah saatnya renovasi hati kamu yang keruh.
Bebi bukan lagi beby kecil yang semuanya kudu di suapin. Bukan lagi sosok yang menuntut kehidupan harus berjalan sesuai inginmu. Karena nggak semua hal yang kamu inginkan, menjadi kenyataan. Bisa saja sampai kapanpun, dia hanya menjadi angan-angan belaka.
Kamu pernah punya anjing blasteran warna merah bata bernama Henky, kan? hampir setiap hari kamu memberinya susu dan menggosok bulunya. Hampir setiap hari pula kamu memastikan anjing itu baik-baik saja. Kamu bahkan menyembunyikan Henky di bawah tong aspal gara-gara Ayah mau menjual binatang itu. Sekarang, kamu sudah lebih dewasa. Kami sangat percaya kamu bisa memilih yang baik dan benar.
Dear Bebi,
21 tahun hidup di bumi, ada banyak sekali yang sudah kau alami. Pahit-manis. Susah-senang. Seharusnya, ada hal-hal yang seolah memaksamu lebih cepat dewasa dari usiamu yang sesungguhnya. Namun sepertinya tidak pada dirimu, kamu justru mirip balita yang terperangkap di tubuh dewasa. Kamu masih terlalu kekanakan untuk berada di usia 21 tahun.
Kaupun telah merasakan sendiri bagaimana yang dinamakan cinta. Ada masa-masa di mana kau akan terjatuh, merangkak, berjalan tertatih. Bahkan kamu mulai mengenal cinta sejak duduk di bangku kelas enam SD. Entah itu cinta atau bukan, tapi kamu menyukai cowok sebelah desa yang umurnya 7 Tahun di atasmu. Norak banget. Sampai akhirnya kamu mendapatkan pacar pertama di usiamu yang ke 14 tahun.
Dear Bebi,
Kau tak perlu menjadi sempurna untuk bisa dicintai, karena sesungguhnya tidak ada manusia yang sempurna. Kamu tak perlu menjadi sosok palsu yang bukan dirimu. Kau hanya perlu menarik nafas dan menjalani hidup, sehari demi sehari. Mencintai apa yang telah kamu punyai, dengan setulus hati. Menjaga apa yang kamu miliki seperti menjaga nyawamu sendiri. Karena ketika kamu telah kehilangan, rasanya akan sangat sakit. Jagalah agar kamu tak pernah merasakan keperihan itu.
Dear Bebi,
Kau seringkali merasa dirimu tidak layak, merasa bersalah, merasa gagal, tidak punya harapan. Kenapa? Kenapa harus merasa begitu? Tidakkah kau sadar, dengan merasa begitu, kau tidak menerima kenyataan bahwa kau adalah seorang manusia. Menjadi manusia berarti kau akan mengalami perih, bukan hanya bahagia. Sakit, bukan hanya gembira. Jatuh terjerembab, bukan melayang-layang di udara. Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri. Percayalah bahwa tak ada sesuatu apapun di dunia ini yang tidak ada harganya. Jika rumput liar di hutan saja dipelihara Semesta, terlebih lagi dirimu.
“Ada hari dalam hidup di mana kita akan merasa sangat rendah dan tidak berdaya.”
Hari itu mungkin sudah pernah kau alami, tapi toh kau masih bisa berdiri di sini saat ini. Dan jika dia kelak datang lagi, ingatlah ini. Pada akhirnya, kau pasti akan baik-baik saja. Ingatlah bahwa kau cukup kuat untuk bisa melewati semuanya.
Dear Bebii,
Jangan menyerah. Dalam hal apapun, jangan pernah menyerah. Selalu ingat bahwa akan selalu ada cahaya di ujung lorong yang sempit dan gelap. Dan perjalananmu sudah terlanjur jauh untuk menyerah sekarang. Bertahanlah.
Ingatlah selalu bahwa tak ada manusia yang hidup tanpa masalah. Dan ketika kau merasa terlalu lemah untuk bangkit berdiri, ingatlah untuk meminjam tangan orang lain.Jangan pernah sedetikpun berpikir bahwa kau sendiri. Masih ingat mimpi kita, kan? Masa depan yang seindah pelangi.
KITA… akan selalu mencintaimu sampai mati. Selamat ulang tahun, bebi..
Stay strong, Beb..
Peri jahat+Peri baik
0 komentar:
Posting Komentar